Pemahaman klasik tentang investasi, menempatkan properti, terutama rumah dan apartemen- sebagai salah satu portofolio investasi terbaik bersama dengan saham dan emas.
Situs idxchannel.com, menempatkan properti sebagai pilihan investasi terbaik keenam, bersama dengan saham, reksadana, emas, P2P Lending, dan obligasi.
Lalu properti seperti apa yang disebut sebagai portofolio investasi terbaik itu? Apakah semua jenis properti itu investasi terbaik? Transaksiproperty.com mencoba menjelaskannya kepada Anda.
Prospek properti di satu lokasi akan berbeda dengan di lokasi lain terkait dengan prospek kenaikan harga dan tarif sewanya, sehingga hal itu menjadi penyebab dari bagus atau tidaknya melakukan investasi properti.
Jelas tidak semua properti itu jadi aset terbaik untuk investasi. Salah satu cara untuk mendapatkan properti terbaik untuk menjadi investasi terbaik adalah dengan membandingkan antara harga beli dan tarif sewanya, sekaligus prospek kenaikan harganya.
BACA JUGA: Singapura Gandakan Pajak Properti Untuk Buyer Asing Jadi 60%
Dalam bisnis investasi properti, Anda harus paham menghitung capitalization rate atau dikenal dengan Cap Rate. Suatu model untuk menghitung rasio pendapatan sewa tahunan properti terhadap harga beli properti atau harga terkini properti. Sebagai contoh, jika Anda membeli rumah seharga Rp1 miliar dan disewakan dengan tarif Rp50 juta per tahun, maka Cap Rate propertinya adalah 5% (Rp50 juta/Rp1 miliar x 100%).
Lalu, berapakah Cap Rate terbaik untuk investasi properti? Ada dua konsesus yang banyak menjadi rujukan. Pertama, Cap Rate dengan besaran berkisar 2% sampai 5% per tahun dengan alasan karena didukung oleh variabel kenaikan harga aset propertinya setiap tahun yang berkisar 2%-10%.
Kedua, Cape Rate 5% sampai 10%. Ada pandangan bahwa ROI (Return of Investment) terbaik itu adalah 10 tahun. Jadi untuk mengejar ROI dalam jangka 10 tahun itu, maka tarif sewa properti yang dibeli harus bisa mencapai 10% dari harga beli properti.
Untuk mendapatkan Cap Rate terbaik disarankan calon investor untuk mempelajari dan menghitung data pasar. Redfin.com mengutip pandangan Doug Van Soest, pendiri SoCal Home Buyers bahwa dalam investasi real estat perlu memperhatikan potensi risiko dalam membeli properti investasi. Namun, risiko ini dapat ditekan dengan memanfaatkan data yang tersedia. Van Soest menyarankan untuk melakukan analisis pasar komparatif (CMA) menyeluruh menggunakan kekayaan data yang Anda miliki untuk memahami keadaan pasar saat ini. Dengan memeriksa faktor-faktor seperti harga properti, tarif sewa, tingkat kekosongan, dan tren historis, Anda dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi dan mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan investasi real estat.
Kemudian, investor perlu mertimbangkan potensi area dan keuntungan ekuitas jangka panjang. Membeli properti pertama untuk investasi jangan berpikir ia menjadi asset untuk tempat tinggal Anda. Saat mempertimbangkan tempat untuk membeli, Anda pasti ingin memikirkan tentang potensi lokasi dan kemungkinan keuntungan ekuitas jangka panjang yang terkait dengan area tersebut.
Dalam hal ini ada faktor perubahan lingkungan yang mendorong harga properti naik dengan cepat. Seperti tiba-tiba lokasi properti yang Anda beli berada di koridor transportasi publik atau kawasan di sekitarnya menjadi kawasan yang tumbuh menjadi kawasan bisnis atau proyek lain yang menghadirkan kemudahan aksesibilitas dan menjadi lebih nyaman. Hal-hal serupa ini bisa mendorong naiknya tarif sewa dan naiknya harga jual properti. Untuk itu, sebelum membeli properti untuk investasi, Anda harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang tata ruang lokasi properti, beserta dengan rencana kebijakan pengembangan kawasannya oleh pemerintah.
Kalau hal ini sudah bisa Anda lakukan, maka Anda akan mendapatkan property terbaik untuk investasi terbaik bagi modal yang akan Anda tanamkan di aset properti.