YOGYAKARTA – Industri perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tengah dalam situasi yang sulit. Pertumbuhan hotel baru yang akan semakin banyak hingga tahun 2019 mendatang membuat persaingan industri perhotelan di Yogyakarta sangat berat. Pasalnya, penambahan jumlah hotel dan kamar baru tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah wisatawan.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istijab Danunagoro mengatakan, PHRI DIY mencatat setidaknya ada 104 permohonan hotel baru yang menunggu diproses oleh pemerintah terutama pemerintah Kota Yogyakarta. Dan ada 40 hotel baru yang sudah mengantongi izin prinsip dan tinggal menunggu proses keluarnya izin membangun.
Di samping itu, ada 80 hotel baru yang telah mengantongi izin mendirikan bangunan (IMB). “Padahal di satu sisi, ‘kue’ wisatawan yang masuk ke wilayah ini tidak akan bertambah,” ujarnya, Minggu (19/2/2017).
Kapasitas Bandara Internasional Adisutjipto saat ini sudah tidak bisa dimaksimalkan lagi. Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat jumlah wisatawan asing yang masuk ke wilayah ini hanya sekitar 302 ribu orang. Padahal, sebelumnya insan pariwisata DIY menargetkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta mencapai 320 ribu orang.
Adapun hotel-hotel yang ada saat ini dinilai sebarannya belum merata, hanya terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta. Sementara di wilayah lain seperti Kabupaten Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo sangat minim jumlah hotel.
Dia mencatat di Kabupaten Bantul hanya ada satu hotel berbintang, Itupun letaknya berada di dalam ringroad, yang notabene masih di wilayah Kota Yogyakarta. Ini membuat tamu-tamu hotel terkonsentrasi di wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.