CIBUBUR, tpcom – Besarnya kapasitas pasar kelas menengah di Jabodetabek berdampak positif bagi penjualan hunian di kota mandiri Harvest City di koridor Transyogi- Cibubur yang berlokasi tak jauh di timur Jakarta.
Pengembang kawasan seluas 1.350 hektare ini sukses mengembangkan hunian kelas menengah bernuansa Jepang, Sakura yang terdiri dari Klaster Sakura Emiko, Klaster Sakura Daisuki, Klaster Sakura Chika, dan Klaster Sakura dengan harga mulai Rp270 jutaan.
Kesuksesan penjualan 4 klaster Sakura ini, mendorong PT Dwigunatama Rintisprima, selaku pengembang Harvest City menyiapkan dua klaster baru yang spek produknya lebih tinggi dari keempat Klaster tersebut.
“Kami termotivasi bangun proyek baru karena suksesnya proyek Sakura membidik kelas menengah di Jabodetabek dengan harga Rp200 jutaan hingga Rp400 jutaan. Karena itu, setelah lebaran, kami menyiapkan dua klaster baru di atas Sakura. Nanti kualitasnya lebih bagus,” ujar Hendry Nurhalim, Chief Executive Officer (CEO) Harvest City, Rabu (23/5).
Baca juga: Underrated, Prospek Kenaikan Harga Lahan di Harvest City Masih Tinggi
Dia menambahkan total unit kedua klaster tersebut sekitar 500 unit rumah yang terbagi dalam beberapa tipe hunian dengan banderol harga Rp300 juta hingga Rp500 jutaan.
“Kami optimistis dua klaster baru yang segera diluncurkan itu akan disambut oleh pasar kelas menengah atas di Jabodetabek dengan baik,” katanya.
Selama ini, lanjutnya, besarnya permintaan pasar kelas menengah telah mendorong pertumbuhan harga yang signifikan di Harvest City.
Sedangkan, Leonard Suprijatna, Marketing Manager Harvest City, menambahkan klaster Sakura yang diluncurkan pada awal 2017 lalu itu, merasakan dampak kenaikan harga tersebut, sehingga harga tipe termurahnya yang dilepas Rp200 jutaan pada waktu itu, kini sudah naik di pasar dengan banderol harga mencapai Rp270 jutaan.
“Sakura Daisuki sisa 10% dan Sakura Emiko sisa 25%, sedangkan kedua klaster sebelumnya sudah sold out. Jadi sambil menghabiskan sisa Sakura itu, kami akan luncurkan 2 klaster baru itu habis lebaran Idul Fitri ini,” kata Leonard.
Menurut dia, manajemen berkomitmen melakukan peningkatan kualitas produk-produk baru yang akan dipasarkan. Perbandingannya akan terlihat dari pemilihan material bangunan yang digunakan.
“Jadi klaster baru ini harganya relatif masih murah, dengan speksifikasi material bangunannya ditingkatkan. Kami yakin konsumen akan semakin puas mendapatkan produk hunian yang lebih bagus di proyek baru kami,” katanya lagi.
Efek Pembangunan Infrastruktur
Hendry Nurhalim menyakini Harvest City akan berkembang menjadi kawasan primadona serupa BSD City, Summarecon Serpong dan Alam Sutera. Alasannya, karena pembangunan infrastruktur jalan tol dan angkutan massal modern yang melintasi kawasan di sekitar Harvest City masih terus dikembangkan.
“BSD City dulu juga bukan kawasan utama sebelum jalan tol yang membuka akses kawasan itu dibangun. Begitu jalan tol BSD dan sejumlah ruas tol yang mendukung akses ke kawasan itu, kini BSD City berubah menjadi kawasan elit dan primadona,” ujarnya.
Dia membandingkan hal itu dengan kawasan Transyogi- Cibubur yang kini juga sedang membangun jalan tol Cimanggis- Cibitung.
Hal itu, menurut dia, akan menjadikan Harvest City berada pada titik perlintasan yang strategis yang berpotensi mendorong kawasannya tumbuh menjadi kawasan primadona dalam beberapa tahun mendatang.
“Tinggal di Transyogi, seperti di Harvest City tidak lagi di titik marjinal tapi kawasan strategis yang aksesnya sangat mudah dan terbuka ke Jakarta dan sebaliknya,” paparnya.
Saat ini diketahui juga sedang dibangun proyek JORR 2 (Jakarta Outer Ring Road), LRT (Light Rail Transit), dan Jabodetabek Residence (JR) Connexion yang diyakini akan membuka akses tanpa batas bagi transportasi dan mobilitas warga yang bermukim di kawasan tersebut.