Beranda Office Tower Perkantoran Kreatif: Habis Virtual Office Muncul Co-Working Space

Perkantoran Kreatif: Habis Virtual Office Muncul Co-Working Space

0
BERBAGI
Salah satu suasana aktifitas di area co-working space. (Dok. Evhive.co)

Kebutuhan ruang kerja bagi dunia bisnis terus berkembang dari segi konsep. Muara dari pergeseran konsep itu adalah proses untuk menemukan effisiensi dan efektifitas dalam menunjang operasional bisnis.

Tentu kita ingat bagaimana dunia bisnis di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, seperti Surabaya dan Bandung pada tahun 2000-an mengilhami berkembangnya konsep produk virtual office di industri properti- sebagaimana tren itu berkembang di dunia bisnis global.

Tetapi tren itu tidak berhenti sampai di titik konsep virtual office. Kini dunia bisnis kembali bergerak maju menuju konsep yang disebut dengan co-working space. Demam coworking space kini tengah melanda Jakarta- sebagaimana tren ini telah terlebih dahulu menjangkiti dunia bisnis di negara modern, seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Lalu apa itu co-working space? Kalau mengutip dari Evhive.co, coworking space sendiri adalah sebuah konsep tentang tempat dimana beberapa individu yang memiliki latar belakang pekerjaan ataupun bisnis bekerja dalam sebuah tempat. Tentu coworking space itu sendiri bisa diartikan kerja sama atau berkolaborasi.

Karena desain Coworking Space yang mengusung konsep open space atau transparancy, maka hal itu bisa mendorong setiap individu di dalam coworking space dapat lebih aktif berinteraksi. Sebuah coworking space juga biasanya memiliki suasana yang mendukung semangat & produktifitas kerja. Konsep ini sangat cocok untuk bisnis rintisan atau start up yang membutuhkan tempat yang pas & tepat untuk berkordinasi bersama tim yang masih kecil.

Co-working space yang pertama muncul di dunia bernama Schraubenfabrik, sebuah coworking space di Wina, Austria, yang didirikan oleh Stefan Leitner-Sidl dan Michael Pöll pada tahun 2002. Oleh karena itu, Schraubenfabrik disebut juga Mother of Coworking Space.

Evhive.co menyebutkan banyak yang meyakini bahwa coworking space berdiri pertama kali di Indonesia dimulai dari Bandung yang muncul sekitar pada tahun 2010.

Dok. Nowjakarta.co.id

[Evhine adalah salah satu penyelenggara co-working space di Indonesia yang saat ini sudah memiliki 12 site, antara lain The Breeze, perkantoran di BSD City Tangerang, Tower @ IFC di Jakarta, Satellite @ Senopati, JSC Hive, EV Hive Uptown, Kantor Besar Pos Indonesia, Plaza Kuningan, EV Hive The Maja hingga EV Hive Satellite di lantai 8 SCBD Equity Tower.]

Model Coworking space yang bersifat open space dan transparan, menciptakan peluang bagi penyewa di dalam ruangan itu bisa saling berinteraksi dan tidak menutup kemungkinan untuk membentuk networking hingga menjadi sebuah partnership di masa depan.

Menurut Evhive.com, tidak hanya memperoleh networking di antara sesama founder startup, tapi penghuni coworking space juga mempunyai kesempatan memperoleh netwoking hingga ke pihak Venture Capital di pasar global.

Pengelola atau operator coworking space di Jakarta diperkirakan ada belasan perusahaan, selain Evhive. Sebut saja Greenhouse Workspaces di Multivision tower, Crosscoop Serviced Office, Instant Offices, atau Koléga.

Kolega yang disebut terakhir adalah manajemen coworking space yang didirikan oleh Hiramsyah Thaib, seorang bankir senior yang sudah malang melintang di dunia profesioanal. Sebut saja, Hiramsyah pernah sukses membesarkan Bakrieland Development saat dia menjadi CEO perusahaan pengembang tersebut.
Kini Hiramsyah membangun Kolega untuk kebutuhan rumah kreatifitas dan memulai usaha bagi kalangan anak muda. Kolega dimulai dari space perkantoran di Tebet yang terkenal sebagai kawasan strategis dan salah satu lokasi hang-out favorit di Ibukota.

Dampak Coworking Space Terhadap Pasar Perkantoran

Rancangan gambar proyek Eureka Township seluas 21 hektare di dekat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Di dalam proyek ini akan dibangun Eureka Connexion, proyek ‘co-working space’. (Dok. Eureka Group)

Perkembangan virtual office sejak tahun 2000-an itu sebenarnya menjadi faktor distrupsi pasar terhadap penjualan perkantoran konvensional yang an-sich menjual ruangan kantor. Akan tetapi dalam perkembangannya konsep virtual office ini kurang berkembang di Indonesia, termasuk di Jakarta. Hingga kemudian muncul tren co-working space pada saat ini.

Virtual office sendiri adalah sebuah konsep perkantoran yang memfungsikan alamat dan saluran line telpon sekaligus layanan resepsionisnya sebagai alamat resmi kantor bagi penyewa tanpa perlu memiliki fisik gedungnya. Sedangkan coworking space menjadikan penyewanya riil memiliki hak atas ruang fisik perkantorannya bersama semua penyewa dengan prinsip operasional paguyuban alias bergotong royong. Dalam konsep coworking ini, penyewa atau member lebih terlibat dalam proses operasional perkantorannya.

Tarif untuk menjadi tenant coworking space sangat bervariasi, contohnya Greenhouse Workspaces menetapkan tarif paket member bulanan sebesar Rp4.000.000 untuk kelas private offices, Rp3.000.000 untuk kelas Dedicated Desking, Rp1.500.000 untuk kelas Hot Desking, dan Rprp6.000.000 untuk kelas Registered Business Address.

Mewabahnya manajemen coworking space ini apakah akan menjadi ancaman terhadap pasar perkantoran konvensional? Kalau melihat budaya dan kapasitas dari co-working space sendiri, sepertinya tidak akan menjadi ancaman bagi pasar perkantoran konvensional di pusat-pusat bisnis Jakarta. Justru yang terjadi adalah sinergi yang mendorong menguatan tingkat sewa perkantoran kovensional. Co-working space, seperti halnya virtual office adalah mainan sekaligus kebutuhan bagi usaha pemula yang kini populer disebut start-up atau usaha rintisan.

Segmen pasar start-up secara kultur bukanlah calon penyewa perkantoran kovensional elit dengan tarif sewa mahal. Kelompok bisnis rintisan justru kelompok bisnis yang berperilaku mencari peluang efisiensi tinggi yang sangat alergi dengan biaya mahal. Mungkin ada perusahaan start-up yang memilih dan mampu menyewa ruang perkantoran secara premium, tetapi jumlahnya sangat minoritas dalam kelompok start-up itu sendiri.

Adanya operator atau pengelola coworking space, membantu kelompok bisnis start-up bisa menyewa ruang perkantoran elit di kawasan bisnis strategis. Coworking space sebagai penghimpun ruang perkantoran konvensional menciptakan tarif yang affordable kalaulah tidak dibilang tarif murah bagi usaha yang baru berkembang melalui konsep pengelolaan secara coworking space tersebut.

Bagi sebagian pengembang atau investor ruang perkantoran konvensional, kehadiran coworking space justru mendorong mereka untuk menciptakan ruang perkantoran yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan kecendrungan pasar. Kalau operator co-working space menyediakan rental space, sedangkan pengembang menawarkan strata title dengan konsep co-working space. Kalau operator menekankan pada unsur manajemen space, maka pengembang menititberatkan ‘coworking space’ pada managemen building.

Contohnya, Ciputra Group terinspirasi untuk membangun Citra Tower di Kemayoran, dimana salah satu bagiannya didesain dengan konsep CreO (creative office) untuk menunjang aktivitas pengusaha muda yang kreatif yang masuk dalam kelompok professional start up yang tengah merintis usaha.

Baca juga: Citra Towers Kemayoran Bidik Pebisnis Start-Up & Kelas Menengah

Citra Tower menyediakan ruangan perkantoran strata title tipe kecil dan sedang untuk para pengusaha muda dengan desain ruang kerja modern dan santai, serta futuristik. Hal ini menjadi kesenangan bagi kalangan usaha start-up di era ini.

Bahkan, PT Eureka Prima Jakarta Tbk., pengembang yang dinahkodai oleh Lukman Purnomosidi, tengah menggarap proyek Eureka Connexion. Proyek Eureka Connexion adalah komplek properti terpadu yang didesain sebagai space yang representatif untuk menjadi tempat beraktifitas bagi perusahaan startup Indonesia yang memerlukan fasilitas berbasis TI dan modern.

Eureka Connexion disiapkan menjadi ruang perkantoran untuk tumbuh dan majunya ekonomi kreatif di dunia startup Indonesia dengan konsep pengembangan Eureka Connexion Connecting StartUpreneurs & Global Investors.

Eureka Connexion berambisi menjadi rancangan ‘co-working space‘ dalam versi yang lain untuk tempat berkantor bagi sekitar 10.000 StarUpreneurs. Eureka menyiapkan fasilitas untuk menghubungkan para start-up yang menjadi pemilik ruang lantai di Eureka Connexion terhubung dengan investor global.

Eureka Connexion ini menjadi bagian dari mega proyek Eureka Township seluas 21 hektare di Bambu Apus yang sekawasan dengan Taman Mini Indonesia Indah.

Lalu apakah tren manajemen coworking space yang kini tengah tumbuh bergairah di Jabodetabek akan menjadi mitra sinergis dan faktor penguat bagi tingkat sewa perkantoran elit? Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin waktu yang akan membuktikan dalam beberapa tahun ke depan.

LEAVE A REPLY