TPCOM, Los Angeles- Marilyn Monroe, diva sekaligus artis Hollywood legendaris era 1950-an yang cantik lagi sensual.
Generasi 1950-1960-an pasti mengenalnya. Paling tidak pernah mendengar ceritanya yang glamour dan penuh kontroversi.
Bahkan Monroe punya sekelumit cerita dengan Bung Karno ketika bapak bangsa itu tengah akrab bersama John F. Kennedy, sang presiden legendaris Amerika Serikat.
Monroe adalah artis yang dekat dengan para elit dan lingkaran kekuasaan Amerika Serikat saat itu, bahkan dia diyakini punya hubungan spesial dengan Kennedy. Tetapi ceritanya yang glamour itu berakhir tragis dengan kematiannya yang diyakini sebagai peristiwa bunuh diri dengan menelan obat tidur secara over dosis.
Marilyn Monroe ditemukan tewas pada tanggal 5 Agustus 1962 di rumahnya di Los Angeles. Dia adalah simbol seks utama dan salah satu bintang Hollywood paling populer selama tahun 1950an dan awal 1960an. Tak mengherankan film yang dibintanginya bisa meraup $200 juta pada tahun 1962.
Kali ini, satu-satunya rumah yang dimilikinya – tempat dia ditemukan tewas, dimana rumah itu dibelinya hanya beberapa bulan sebelum kematiannya, telah terjual seharga $7,25 juta atau sekitar Rp95 miliar pada waktu baru- baru ini. Hebatnya rumah itu terjual hanya dalam 10 hari dengan harga lebih tinggi $350.000 daripada harga yang ditargetkan balai lelang.
Mansion Global adalah situs pertama yang melaporkan penjualan properti bersejarah seluas 2.600 kaki persegi itu pada April lalu.
Menurut broker properti Mercer Vine, rumah itu terjual lebih mahal $350.000 daripada harga yang dipatok.
Pembeli Yang Misterius
Siapa pembelinya? Sejuah ini belum diketahui. Mansion Global menyebutnya masih misterius dan belum tercatat dalam risalah pencatatan penjualan properti.
Monroe sendiri membeli rumah tersebut pada 1961 dengan harga kurang dari $80.000 atau sekitar Rp1,1 miliar. Rumah ini ditempati oleh pesohor terkenal itu bersama pengurus rumah tangganya, Eunice Murray.
“Siapa saja yang menyukai rumah saya, saya yakin saya akan akur,” kata Monroe saat wawancara dengan majalah Life Associate Editor Richard Meryman. Dalam pemotretan untuk keperluan penulisan kisahnya, Monroe melongo di kursi beludru hijau berukir dan berjemur di bawah sinar matahari yang masuk melalui salah satu jendela casement di rumah.
Sebelum itu, dia dilaporkan melakukan perjalanan ke Meksiko untuk mencoba dan menemukan dekorasi yang sesuai untuk plesteran putih, rumah bergaya Spanyol, yang saat dia meninggal baru sebagian yang selesai. Dia meninggal saat berusia 36 tahun dan tengah berada dalam puncak ketenaran.
Rumahnya itu sendiri disebut memberikan bagus untuk dia dari incaran sorotan wartawan dan paparazi yang banyak mengejarnya. Dibangun pada 1929, rumah itu terselip di luar sebuah cul-de-sac atau lingkungan yang sulit diakses. Di balik pintu masuk yang berdinding tinggi dan terjal di Helenas, sebuah kumpulan jalan-jalan perumahan berjejer di Brentwood, Los Angeles.
Ruang tamu dari rumah itu digambarkan memiliki lantai terakota, pintu lengkung lancet dan langit-langit kayu berseri asli. Langit menuangkan sinar matahari ke dapur dan perapian berlapis biru, dimana foto-foto Monroe masih menjadi pusat ruang tamu. Tetapi karpet dilantai rumah itu pada 1960-an diganti dengan lantai keramik.
Mansion itu dikenang sebagai rumah sejarah seorang diva terbesar dalam dunia hiburan AS yang glamour. Dan diapun berakhir di rumah itu sebagai pribadi yang kesepian di balik ketenaran dan keramainya yang mengelilinginya. Tetapi rumah itu sangat diinginkan oleh orang-orang kaya, buktinya laku terjual dalam waktu sekejab dengan harga hingga Rp95 miliar. (Sumber: Mansion Global)