Beranda Real Estate Dana Tax Amnesty Tak Jua Masuk, REI Dorong Pengembang Lebih Agresif Menggoda...

Dana Tax Amnesty Tak Jua Masuk, REI Dorong Pengembang Lebih Agresif Menggoda Orang Kaya

0
BERBAGI
Ketum DPP Real Estat Indonesia, Soelaeman Soemawinata. (Dok. Transaksiproperty.com)

TPCOM, JAKARTA- Pelaku industri properti mencoba menyiapkan jurus pamungkas dalam penjualan properti sembari membuat beragam produk properti untuk lebih agresif menarik dana hasil tax amnesty menjelang Agustus- September tahun ini.

Sampai Juni ini, deklarasi dana yang mencapai Rp4.855 triliun plus dana repatriasi atau penarikan dana dari luar negeri yang mencapai Rp147 triliun, belum melihatkan tanda-tanda dibelanjakan ke sektor properti seperti yang dipredikasi sejak awal oleh banyak pihak.

Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata mengatakan dirinya telah berdiskusi dengan pengembang soal bagaimana cara merespon kondisi masih minimnya dana program tax amnesty yang masuk ke sektor properti.
Dalam hal ini, Pak Ketum mendorong pengembang untuk lebih kreatif menciptakan produk yang punya daya saing dan melakukan strategi pemasaran yang lebih agresif agar dana itu bisa segera masuk.

“Di luar perkiraan, ternyata dana itu tak masuk seperti dibayangkan banyak orang bahwa orang kaya segera ramai-ramai beli properti. Nyatanya pasar masih lesu dan penyerapan properti masih rendah. Ini yang ingin kami siasati,” ujarnya di sela-sela acara Berbuka Puasa Bersama yang digelar asosiasi pengembang nasional itu dengan media massa di Jakarta, Selasa (20/6).

Eman lebih jauh menjelaskan untuk pengembangan produk diserahkan kepada tiap developer untuk membangun desain produknya agar menarik bagi orang kaya untuk membeli, sedangkan untuk strategi pemasaran akan dikoordinasikan oleh REI selaku asosiasi.
“Nanti ada sinergi pemasaran melalui pameran besar untuk membantu menjembatani antara pengembang dan calon pembeli. Nah sekarang pengembang siapkan dulu produknya, nanti Agustus atau September kami akan mengadakan pamerannya untuk menarik calon pembeli.”

Eman mengharapkan kedua langkah itu bisa membantu menarik pemilik dana yang sudah menjalani program tax amnesty untuk masuk menggelontorkan dananya ke properti.
Menurut mantan Ketua DPD REI Banten itu, pengembang masih berharap dana dari program tax amnesty bisa masuk ke sektor properti supaya pasar kembali bergairah di tengah kondisi pasar yang lesu.
“Dari dana yang ribuan triliun itu atau paling tidak dari dana repatriasi yang mencapai Rp147 triliun, ada sebagian yang masuk. Kalau bisa didorong atau distimulan untuk masuk maka akan besar dampaknya terhadap penyerapan pasar. Ini juga akan berdampak pada perekonomian nasional.”

Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh salah pengembang dalam pameran properti. Ajang pameran diharapkan bisa menjadi daya tarik untuk calon pembeli melakukan pembelian. (Dok.Property&Bank)

Kinerja Pengembang Lesu Darah Pada Kuartal I

Sebelumnya, PT Megapolitan Developments Tbk mengaku tidak merasakan nikmatnya dana repatriasi dari hasil program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berjalan sembilan bulan.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Megapolitan‎ Development, Fanny Setiati Susanto, mengatakan dampak pengampunan pajak ke sektor properti khususnya terhadap penjualan produk perseroan, tidak seperti yang diharapkan sebelumnya.
“Belum signifikan dampaknya, karena tax amnesty secara keseluruhan tidak sesuai harapan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang awalnya optimistis tapi kenyataannya arus uang masuk tidak tercapai,” tutur Fanny di Jakarta, Rabu (14/6/2017), sebagaimana dilansir oleh Tribunnews.com.

Sejumlah pengembang mengalami penurunan kinerja selama kuartal I/2017, seperti PT Lippo Cikarang Tbk., penjualannya melemah pada kuartal pertama tahun ini dibadingkan dengan raihan pada kuartal pertama tahun lalu. Pendapatan perseroan turun 18% menjadi Rp447 miliar di kuartal pertama 2017 dibandingkan Rp546 miliar pada periode yang sama 2016.

Pun begitu dengan PT Intiland Development Tbk mencatatkan penurunan laba bersih di kuartal pertama 2017 hingga 80,5% menjadi hanya Rp19,7% dibandingkan Rp101 miliar pada periode yang sama 2016. Berdasarkan laporan keuangan internim perseroan untuk periode yang berakhir 31 Maret 2017 dan 31 Maret 2016, perseroan membukukan pendapatan usaha Rp398,7 miliar atau turun 32,3% dibanding pencapaian periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp588,7 miliar.

LEAVE A REPLY