TPCOM, JAKARTA- Ingin menangkap peluang dari pertumbuhan industri realestat di Sumatera dan Jawa Timur, PT Arwana Citramulia Tbk– produsen keramik Arwana meningkatkan kapasitas produksi pabriknya di Mojokerto, Jatim dan Indralaya, Sumsel.
Salah satu produsen keramik terbesar di Indonesia itu menyediakan investasi sebesar Rp600 miliar untuk perluasan pabrik di Mojokerto dan Rp150 miliar untuk pabrik di Indralaya. Penambahan itu diproyeksian menaikan total kapasitas produksinya dari 50,23 juta m2 menjadi 75,37 m2 pada 2020.
Arwana baru saja meresmikan pabrik di MOjokerto- pabrik yang akan dinaikan kapasitasnya itu pada Agustus 2016 dengan kapasitas terpasang mencapai 8 juta m2. Sedangkan pabrik di Indralaya- yang juga akan dinaikan kapasitas produksinya- dioperasikan pertama kali pada September 2013 dengan kapaistas terpasang mencapai 8 juta m2.
Direktur Utama PT Arwana Citramulia Tbk., Tandean Rustandy mengatakan penambahan kapasitas produksi di unit pabrik keempat dan kelima milik Arwana itu akan meningkatkan daya saing sekaligus mengefisienkan biaya distribusi untuk memperkuat penetrasi pasar di Sumatera dan Jawa Timur.
Dia memberi contoh selama ini kebutuhan keramik dinding untuk Indonesia bagian timur dan Jawa Timur dipasok dari pabrik II di Cikande Tangerang sehingga biayanya menjadi mahal. Dengan dibangunnya pabrik di Mojokerto menjadikan rantai distribusi jadi lebih pendek dan efisien. Hal serupa juga terjadi untuk pasar Sumsel dan Sumatera secara keseluruhan yang menjadi lebih efisien dengan membangun basis produksi di Palembang.
“Kami investasi sekitar Rp750 miliar untuk menaikan kapasitas pabrik di Sumatera dan Mujokerto. Investasi ini menaikan kapasitas terpasang keramik Arwana menjadi 75,37 juta m2 per tahun pada 2020,” ujarnya dalam acara paparan publik perusahaan itu di Jakarta, Rabu (7/6).
Manajemen Arwana mencoba melakukan inovasi produk untuk menghasilkan berbagai varian produk keramik baru, seperti keramik lantai berukuran 50×50 cm dengan motif marble, rustic, wood, dan fancy decorative.
Mereka sendiri mengklaim sudah mampu meningkatkan efisiensi melalui penerapan metode lean manufacturing sehingga mampu menjaga tingkat kompitisi harga pokok penjualan produknya.
Sebelumnya, Sindonews.com melancir bahwa Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) meminta produsen keramik nasional untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi kemungkinan serbuan impor produk keramik mulai tahun 2018. Hal ini sebagai dampak dari penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).
Ketua Umum ASAKI Elisa Sinaga mengatakan, produk keramik impor asal China terus masuk ke Indonesia meskipun sudah dikenakan bea masuk sebesar 20%. Pada tahun 2018, terang dia bea masuk untuk produk keramik akan menjadi 0% sesuai kesepakatan ACFTA.
“Ini merupakan peringatan kepada semua pihak, produsen di dalam negeri untuk lebih efisien, membenahi diri, supaya bisa bersaing karena tahun 2018 waktunya tidak lama lagi,” ujar Elisa di sela-sela pemeran KERAMIKA yang ke-6 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (16/3/2017).
Dia menambahkan, impor produk keramik ke Indonesia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 27% setiap tahunnya. Kondisi ini diakuinya membuat produsen dalam negeri merasa terganggu dengan penetrasi produk keramik impor, terutama yang berasal dari China. Apalagi, permintaan keramik di dalam negeri sedang mengalami penurunan.
Diterangkan olehnya, produk keramik impor kebanyakan memiliki jenis homogenous atau granite tile yang impornya mencapai dua kali lipat dari total produksi homogenous tile dalam negeri. Namun untuk keramik tile biasa, kata Elisa, produsen dalam negeri relatif masih menguasai pangsa pasar dalam negeri. Dia pun berharap, pemerintah bisa menerapkan standar kualitas yang ketat terhadap produk impor sehingga tidak merugikan konsumen.