TPCOM, JAKARTA- Sebuah real estate resort pantai, St Martin di Karibia, baru-baru ini, menjadi heboh karena disebut-sebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump menawarnya dengan harga lebih murah US$11 juta atau sekitar Rp14,6 miliar daripada harga listing real estate mewah tersebut.
Washington Post menyatakan real estate mewah di tepi pantai di Karabia tersebut ditawarkan ke pasar sebulan sebelumnya dengan nilai harga mencapai US$28 juta. Akan tetapi, ungkap seorang broker properti dari Sotheby’s International Realty kepada Washington Post, sebulan kemudian penasehat keuangan dan investasi Donald Trump menurunkan nilai harga real estate itu menjadi hanya US$16,9 juta.
Nilai harga penawaran terhadap real estate itu kini hampir mendekati harga listing pada 2013, dimana waktu itu harganya sekitar US$19,7 juta. Tetapi berapa persis nilai harga saat transaksi penjualannya tidak diketahui dengan pasti.
Menurut Sotheby, estate mewah itu memiliki 11 kamar tidur dengan dilengkapi oleh 12 kamar mandi, lapangan tenis, kolam renang.
Sebelum menjadi presiden, Trump adalah pengusaha properti dan perhotelan yang terkenal dengan nilai kekayaannya yang taksir terakhir kali oleh Forbes per Februari lalu bernilai US$3,5 miliar atau sekitar Rp46,5 triliun.
Donald Trump sejak menjadi Presiden Amerika Serikat telah disorot terkait dengan pengelolaan bisnis dan aset kekayaannya yang berpotensi terlibat konflik kepentingan dengan kekuasaan yang dimilikinya saat ini sebagai pimpinan AS. Trump sendiri ketika menjadi presiden, dia menempatkan aset finansialnya dalam sebuah perusahaan trust yang dikendalikan oleh seorang eksekutif Organisasi Trump dan putranya Donald Trump Jr.
Dia tidak sepenuhnya melepas kegiatan bisnisnya. Tetapi banyak pihak menilai Trump seharusnya memisahkan diri dari keputusan sehari-hari dalam bisnisnya tersebut. Salah satu contohnya adalah seperti keputusan tentang harga yang diminta dari properti St. Martin tersebut. Trump juga masih diperbolehkan menarik uang dari perusahaan trust yang mengelola aset pada saat kapanpun, dimana hal ini dinilai menyebabkan pertanyaan tentang potensi konflik kepentingan antara bisnis dan posisinya sebagai Presiden AS. (Sumber: Time.com)